Kista telah banyak menjadi perbincangan umum terutama di kalangan wanita. Banyak yang menyebutkan bahwa penyakit kista akan berdampak pada sistem reproduksi wanita. Kista juga sering kali dikaitkan dengan masalah kesuburan wanita yang berujung pada sulitnya memperoleh keturunan.
Namun, benarkah pernyataan yang tersebar luas tersebut merupakan fakta yang terjadi? Berikut ini merupakan informasi yang perlu kalian ketahui mengenai kista endrometriosis.
Baca Juga: Penyebab Infertilitas Pada Wanita yang Penting Anda Ketahui
Kista sebenarnya memang ada di dalam tubuh semua wanita. Akan tetapi, ada kista yang dapat hilang dengan sendirinya dan ada pula kista yang berkembang di dalam tubuh. Sehingga dapat mengganggu dan menimbulkan masalah pada sistem reproduksi. Jika di definisikan, kista merupakan benjolan yang berada di bawah jaringan kulit yang berupa daging, cairan, udara hingga rambut. Salah satu jenis kista yang sering diperbicangkan yaitu, kista endrometriosis.
Endometriosis merupakan kondisi ketika jaringan lapisan dalam rahim (endometrium) ditemukan tumbuh di luar rahim. Dalam keadaan normal, endometrium akan mengalami penebalan, hal ini terjadi sebagai persiapan agar calon janin dapat menempel jika terjadi pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, endometrium yang mengalami penebalan tersebut akan luruh dan keluar dari dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya proses menstruasi.
Menurut Oepomo (2007), dalam jurnal Analisis Penanganan Endometriosis dan Dampaknya pada Kesuburan Wanita, endometriosis menimbulkan gangguan yang berpusat di pelvis (panggul). Pada wanita, endometriosis berawal dari darah haid yang seharusnya mengalir dari dinding rahim menuju liang vagina, justru berbalik masuk ke tuba uterina dan mengalir ke dalam rongga panggul dan peritoneum.
Di dalam darah haid tadi terdapat jaringan endometrium yang ikut terangkut dan menempel pada tempat yang tidak seharusnya. Akibatnya terjadi peningkatan respon imunologik dalam peritoneum serta penyimpangan ekspresi dari berbagai aktivitas makrofag. Hal ini menimbulkan implantasi sel-sel endometrium dalam peritoneum dan berkembang menjadi endometriosis.
Menlansir dari American Society For Reproductive Medicine, endometriosis terbagi menjadi 4 tingkatan yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman lapisan endometrium, penyebaran penyakit dan perlengketan. Berikut ini beberapa tingkatan dan ciri-cirinya:
Kista endometriosis biasanya terjadi kepada wanita yang ibu atau saudara perempuannya mengalami kista endometriosis, wanita usia produktif (15-49 tahun), wanita yang memiliki siklus menstruasi kurang dari 28 hari, usia menstruasi yang kurang dari 11 tahun dan wanita yang memiliki lama waktu menstruasi lebih dari 6 hari (Wu, Indrani B., 2017). Gejala yang dialami oleh penderita Kista Endrometriosis yaitu, nyeri haid, nyeri pelvis kronis, dispareunia, diskezia, sakit saat buang air besar atau buang air kecil, pendarahan uterus abnormal dan infertilitas.
Menurut Mahmood (dalam Ratnaningrum, K., dkk (2017), endometriosis dapat berdampak negatif pada kesuburan dan dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Hal ini terjadi karena adanya kelengketan pada pelvis. Gangguan ini dapat mengganggu pengeluaran oosit, mengurangi motilitas sperma, menyebabkan kontraksi miometrium, serta merusak fertilisasi dan transportasi embrio.
Baca Juga: Persiapkan 5 Hal Ini untuk Memastikan Kesuksesan Proses Bayi Tabung
Namun tidak perlu terlalu khawatir, untuk penderita kista endometriosis yang mengalami tingkatan tinggi dan masih ingin memiliki anak. Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan dengan berbagai pengobatan dan prosedur operasi seperti laparoskopi, laparotomi dan histerekotomi.
Segera konsultasi ke dokter spesialis fertilitas seperti Dokter Arie Polim untuk mencari solusi fertilitas terbaik Jangan sungkan langsung menjadwalkan konsultasi sekarang di sini!