Hormon tiroid memainkan peran penting dalam proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan pada hampir semua jaringan. Hormon ini juga mempengaruhi banyak jalur metabolisme sehingga menjadikannya faktor penting dalam mempertahankan homeostasis metabolik. Hormon tiroid juga mempengaruhi sistem reproduksi wanita, oleh karena itu disfungsi kelenjar tiroid dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi, masalah fertilitas, biokimia, gangguan nutrisi, dan gejolak emosional. Pola menstruasi wanita dipengaruhi oleh hormon tiroid secara langsung melalui ovarium. Terdapat hubungan erat antara hormon tiroid dan kerja hormon steroiddan hal ini diperlukan untuk fungsi ovarium normal dan juga fertilitas, sehingga apabila mengalami gangguan tiroid dapat menyebabkan pendarahan uterus yang tidak normaldan gangguan siklus menstruasi.
Disfungsi tiroid menyebabkan perubahan kadar hormon tiroid yang beredar yang dimanifestasikan sebagai hipertiroidisme atau hipotiroidisme. Hipotiroidisme adalah varian yang lebih umum dan terkait dengan autoimunitas tiroid. Prevalensi hipotiroidisme adalah 2-4% pada wanita kelompok usia reproduksi. Hipotiroidisme dapat mempengaruhi fertilitas karena anovulasi, defek fase luteal, hiperprolaktinemia, dan ketidakseimbangan hormon seks. Hipotiroidisme dapat memanifestasikan dirinya dengan tanda dan gejala khas seperti kelelahan, konstipasi, depresi, rambut menipis, intoleransi dingin, bradikardia, suara serak.
Pada wanita usia subur, hipotiroid menyebabkan perubahan siklus haid baik lamanya siklus maupun jumlah perdarahan (contoh, oligomenorrhea danamenorrhea, polymenorrhea, danmenorrhagia). Hal tersebut mungkin dapat disebabkan karena adanya estrogen breakthrough bleeding secondary to anovulation. Defek pada faktor hemostasis (seperti menurunnya faktor VII, VIII, IX, danXI) yang terjadi pada pasien hipotroid dapat berkontribusi pada polymenorrhea danmenorrhagia.Mekanisme menorrhagia pada hipotiroid belum sepenuhnya diketahui.sebuah postulat menyatakan tidak adanya/jarang terjadi ovulasi menyebabkan defisiensi sekresi luteinizing hormone yang berakibat pengeluaran relative estrogen dan menyebabkan menorrhagiayang dampaknya juga terjadi episode ammenorhoea yang diselingi oleh perdarahan massif. Beberapa studi menunjukkan adanya perubahan pada panjang siklus, jumlah dan durasi menstruasi, dan berhubungan dengan kelainan tiroid. Beberapa juga menunjukkan adanya infertilitas, aborsi rekuren, dan galactorrhoea.
Hypertiroid adalah keadaan dimana kelenjar tiroid menjadi overaktif dan memproduksi hormone tiroid berlebih. Pada hipertiroid laju metabolism meningkat, dan terjadi peningkatan sex hormone—binding globulin(SHBG). Pada wanita prepubertas dengan hipertiroid, terjadi keterlambatan menarche, dan pada wanita usia subur, oligomenorrhea paling banyak dilaporkan.Pada hipertiroid terjadi peningkatan serum SHBG. Estrogen dapat meningkat 2-3 kali lebih tinggi pada wanita hipertiroid sepanjang siklus menstruasi. Perubahan juga terjadi pada metabolism androgen. Rerata kadar testosterone dan androstedione plasma meningkat, laju produksi testosterone dan androstenedioemeningkat.
Pilihan terapi untuk perdarahan uterus abnormal (PUA) akut pada pasien gangguan tiroid bergantung pada gejala klinis, dan etiologi perdarahan, rencana kehamilan di masa depan, dan masalah medis lainnya. Tujuan dari tatalaksana PUA adalah untuk mengontrol episode dari perdarahan masif dan untuk mengurangi jumlah perdarahan pada siklus haid.Pada pasien hipotiroid, menorrhagia sering ditemukan. Menorrhagia dapat ditatalaksanai tanpa pengambilan sampel endometrium karena perdarahan regular, meskipun banyak, kurang sugestif terhadap kanker endometrium. Namun, bila perdarahan > 7 hari atau tidak membaik dengan farmakologis, evaluasi lebih lanjut denganusg transvaginal dan biopsi endometrium perlu dilakukan.
PUA yang disebabkan oleh penyakit tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) perlu dilakukan skrining untuk mengevaluasi kadar hormone TSH.Maka, pada wanita dengan PUA kronis, pemeriksaan serum TSH direkomendasikan. Pada pasien ini juga mungkin terdapat defek pada sistem hemostasis. Hal tersebut dapat disebabkan penurunan faktor koagulasi pada beberapa pasien hipotiroid. Pada hipotiroid maupun hipertiroid tatalaksana penyakit tiroid dapat mengatasi kejadian perdarahan uterus abnormal.Adapun pengobatan pada pasienHipertiroid menurutThe American Thyroid Associationmerekomendasikan pemberian methimazole dengan dosis awal harian 10 sampai20 mg per oral yang dilanjutkan dengan dosis maintenance 5 sampai10 mg. Jika dipilih Propiltiouracyl (PTU), dosis50 sampai150 mgper oral diberikan tiga kali sehari.Sedangkan untuk hipotiroid diberikan levothyroxine dosis1 sampai2 μg/kg/hariataukira-kira100 μg hari.
Karena hal tersebut diatas evaluasi tiroid harus dilakukan pada wanita mana pun yang ingin hamil dengan riwayat kelainan tiroid di keluarga, atau siklus haid yang tidak teratur, atau memiliki lebih dari dua keguguran, atau tidak dapat hamil setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pengaman.