Dalam setiap rumah tangga tentu saja selalu mengidam-idamkan memiliki keturunan yang baik dan sehat. Namun dalam proses kehamilan terkadang dijumpai beberapa wanita yang mengalami keguguran. Baik keguguran yang terjadi sekali maupun berulang.
Keguguran berulang atau Abortus Habitualis merupakan berakhirnya proses kehamilan dua kali berturut-turut atau lebih dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Keguguran berulang sendiri terjadi pada 0.5-1% pasangan. Secara umum hal ini terjadi bukan karena wanita memiliki kesulitan untuk hamil, tetapi karena kehamilannya tidak dapat berlanjut dan berhenti sebelum waktunya.
Baca Juga: Penyebab Infertilitas Pada Wanita yang Penting Anda Ketahui
Abortus Habitualis atau Keguguran berulang bagi wanita yang belum berhasil pada kehamilan sebelumnya disebut dengan keguguran berulang primer. Sedangkan keguguran berulang bagi wanita yang berhasil pada kehamilan sebelumnya disebut dengan keguguran berulang sekunder. Prognosis pada keguguran berulang sekunder dilaporkan lebih baik dari keguguran primer (Szekeres J & Balasch J. (dalam Suparman & suparman, 2013).
Dilansir dari Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (2006) sekitar 40% lebih faktor penyebab keguguran berulang masih belum diketahui. Diantara penyebab abortus berulang yang diketahui yaitu:
Kelainan genetik pada kromosom suami atau istri dapat menurun pada janin yang tengah dikandung sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran berulang.
Seperti riwayat siklus haid yang tidak normal dapat menambah kemungkinan terjadinya keguguran berulang.
Berbagai penyakit seperti anemia berat, penyakit menahun dan lainnya dapat mempengaruhi gizi ibu sehingga mengganggu persediaan berbagai zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh.
Infeksi virus seperti rubela atau herpes merupakan penyakit infeksi parasit dan virus yang dicurigai sebagai penyebab abortus melalui mekanisme plasentitis.
Abortus juga dapat disebabkan oleh kelainan anatomik bawaan, laserasi (luka atau sobekan) pada uterus yang luas, serviks yang membuka tanpa rasa nyeri, ketuban yang menonjol atau pecah, gangguan implantasi ovum yang dibuahi atau gangguan pertumbuhan dalam kavum uteri.
Selain itu, faktor janin, infeksi, kelainan endometrium, masalah autoimun juga dapat menjadi penyebab terjadinya abortus berulang. Chrisdiono (dalam Kismiliansar dkk, 2015) menambahkan bahwa faktor usia wanita juga berpengaruh terhadap terjadinya keguguran. Dimana semakin muda atau semakin tua usia ibu saat hamil maka semakin berisiko mengalami keguguran.
Cara mencegah terjadi keguguran berulang tentu saja tidak terlepas dari pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan dan kehamilan oleh dokter. Setiap kasus memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Dilansir dari situs hellosehat, terdapat empat cara untuk dapat melakukan pencegahan keguguran berulang, yaitu:
Hal ini ditujukan untuk melihat apakah terdapat masalah komplikasi pada tubuh, kandungan dalam darah serta suplai aliran darah.
Ini untuk melihat apakah ada kelainan pada bentuk dan struktur rahim.
Salah satunya terapi hormon progesteron untuk membantu menebalkan lapisan rahim.
Wanita dapat menjaga kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang serta olahraga yang teratur maupun mengkonsumsi vitamin agar dapat memberikan asupan nutrisi yang baik untuk janin.
Baca Juga: 5 Pilihan Pengobatan PCOS yang Dapat Dilakukan
Mengalami keguguran berulang tentu bukan hal yang mudah untuk dihadapi wanita, pasangan hingga keluarga. Dengan melakukan upaya pencegahan serta konsultasi rutin dengan dokter, tidak menutup kemungkinan bagi wanita yang mengalami keguguran berulang untuk memiliki kehamilan yang berhasil di kemudian hari. Dukungan dari orang sekitar juga sangat diperlukan untuk dapat melewati masa-masa sulit tersebut.
Ingin mendapatkan momongan? segera konsultasi ke dokter spesialis fertilitas seperti Dokter Arie Polim untuk mencari solusi fertilitas terbaik Jangan sungkan langsung menjadwalkan konsultasi sekarang di sini!